Senin, 22 Februari 2010

Mencari Solusi bukan meratapi

Selama jantung masih berdetak, paru-paru menampung udara untuk bernafas selama itu pula problem (masalah) tak akan berhenti menghampiri manusia muda, tua, laki-laki, perempuan, memiliki kadar kerumitan masalah yang bervariasi. Ia akan datang lalu pergi silih berganti dari yang ringan, sedang, sampai berat yang membuat otak tertekan karena harus berkerja ekstra untuk mencari jawaban permasalahan itu.
Problem adalah.

Permasalahan yang membebani mental (jiwa) dan pikiran. Sifat dari masalah adalah untuk menekan menyulitkan keadaan seseorang karena dalam siklus kehidupan ini ada fase kemudahan dan kesulitan yang mesti dilalui. Dilihat dari arah datangnya ia bisa muncul dari alam, manusia atau diri kita sendiri. Alam sebagai kreasi pencipta Yang Maha Agung di fungsikan sebagai media untuk menguji menguji makhluk ciptaanya yang bernama manusia. Berabagai macam fenomena alam yang terjadi telah membuat manusia ingat kembali siapa yang harus menjaga alam dan bersikap lebih bijak dalam memanfaatkannya.
Manusia yang bersifat saling terkai-tergantung dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan hidup, harus siap di timpa masalah pertengkaran, persaingan, perebutan kekuasaan, kesjalah pahaman, kasus kriminalitas, putus tali silaturahmi dan masih bervariasi lagi masalah yang harus di hadapi. Tubuh ini pun tak luput menjadi media bagi Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menguji eksistensi keyakinan dan kepatuhan terhadap Nya. Tapi karena kelalaian manusia itu sendirilah xang menyimpan angan-angan dalam otaknya, menimbun keangkuhan dalam lemak, sel dan darah melalui konsumsi makanan berlebih yang harusnya di bagikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan.

Keterbatasan kemampuan diri dalam mencari jalan keluar (solusi) untuk melerai permasalahan yang ada, menempatkan manusia pada tempat yang lemah lagi suka berkeluh kesah. Kelemahan jiwa, ketidakpahaman, keterbatasan ilmu tentang posisi dirinya dengan siapa yang menciptakan hidup, menjadi semacam "early warning" bagi kita untuk selalu menundukkan ego serta keinginan semu yang mengaburkan nilai-nilai humanis, sosial, kultur dan spiritual.
Pengaduan yang disampaikan di hadapan dokter, psikiater, kyai, konsultan, paranormal atau orang yang kita anggap senior dan mampu mengatasi problem yang menghimpit, itu semua bukanlah akhir tempat tersedianya solusi. Memang karena perantara mereka bisa mendatangkan penyelesain masalah.

Solusi itu ada pada "nurani" yang hidup tapi sering di bohongi dengan kamuflase pemuasan hasrat logis duniawi. Pada judul diatas "memberi solusi" bertujuan untuk membuka celah yang tertutup dalam pikiran yang tengah kalut merespon beban probematika kehidupan hari ini. Berkomunikasilah dengan Yang Maha Mendengar, diri sendiri dan orang lain untuk memberi solusi. Solusi itu adalah kejujuran untuk mengatakan "subhaanaka inni kuntu minadh dholimiin".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar